Senin, 16 Juli 2012

7 tradisi komunikasi


Communications theory..
7 Tradisi dalam Teori Komunikasi
Selama bertahun-tahun pakar komunikasi telah menyadari adanya permasalahan tentang bagaimana menggolongkan teori komunikasi sebagai sebuah bidang. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi sejumlah pakar teori, guru, dan siswa karena banyaknya teori dan kompleksitas perbedaan filosofis dan praktis yang ada. Dalam sebuah artikel terbarunya, Robert T Craig mengungkapkan tentang suatu visi bagi teori komunikasi yang memerlukan suatu langkah besar menuju penyatuan bidang-bidang yang ada.

Craig berargumen bahwa bidang yang ada tidak akan pernah bersatu dengan adanya teori-teori yang disatukan. Teori-teori yang ada akan selalu merefleksikan perbedaan ide-ide praktis tentang komunikasi dalam kehidupan normal, sehingga kita memang akan selamanya dihadapkan pada berbagai macam pendekatan. Kita tidak bisa bertujuan untuk mencari model standar. Namun, jika hal ini benar-benar terjadi, maka komunikasi akan menjadi satu bidang yang statis dan mati.
Oleh karena itu, kita harus mencari sebuah koherensi berdasarkan :Pemahaman umum tentang perbedaan dan persamaan yang ada ataupun ketegangan menyolok diantara teori-teori yang ada.Komitmen untuk meredam ketegangan tersebut lewat dialog.

Craig pernah menuliskan bahwa tujuannya semestinya bukan sebuah pernyataan yang tidak membutuhkan adu argumen, namun seharusnya lebih sebagai wahana kita untuk saling mengerti bahwa kita memang memiliki sesuatu yang sangat penting untuk diperdebatkan Jadi, dari sini kita memiliki 2 syarat untuk menjadikan teori komunikasi sebagai komunikasi sebagai sebuah bidang.
Syarat pertama adalah adanya sebuah pemahaman tentang persamaan dan perbedaan, tetapi kita harus memiliki sebuah ide umum tentang bagaimana dan kapan teori-teori tersebut bisa sependapat dan  kapan serta bagaimana teori-teori tersebut berseberangan. Kita memang membutuhkan sebuah metamodel. Istilah meta sendiri berarti bagian atas. Jadi sebuah metamodel berarti sebuah teladan dari seluruh model-model yang ada.
Syarat kedua untuk koherensi dalam bidang adalah definisi baru tentang teori. Teori seharusnya tidak hanya dipandang sebagai sebuah penjelasan dari sebuah proses, namun lebih sebagai sebuah pernyataan atau argumen yang sesuai dengan pendekatan khusus. Dengan kata lain, teori adalah suatu bentuk “wacana” lebih tepatnya, teori adalah sebuah wacana tentang wacana atau disebut disebut juga dengan metadiscourse.

Sebagai seorang yang sedang mempelajari teori komunikasi, anda akan menemukan bahwa konsep kembar ini sangat penting karena dapat membantu anda dalam menentukan usaha macam apa yang sedang anda lakukan ini. Jika anda dapat menemukan satu metamodel yang dapat digunakan, anda akan mampu untuk menghubungkan teori-teori tersebut. Dan, apabila anda melihat teori komunikasi sebagai metadiscourse maka anda akan mulai memahami nilai dari multi perspektif demi bidang tersebut. Dengan kata lain, teori komunikasi akan terlihat sebagai sebuah bongkahan batu yang diletakkan di atas meja di dalam laboratorium geologi ataupun seperti sebuah model komputer dinamis tentang formasi bumi yang dibahas dalam kuliah sejarah geologi.
Sebagai sebuah pemikiran dasar tentang metamodel, Craig mengatakan bahwa komunikasi merupakan proses primer menyangkut pengalaman kehidupan manusi, yaitu bahwa komunikasi membentuk kenyataan. Bagaimana kita meng-komunikasikan pengalaman kita justru membentuk pengalaman kita. Banyaknya bentuk pengalaman terbentuk dari banyaknya bentuk komunikasi. Maksud kita pun berubah dari satu kelompok ke kelompok lainnya, dari satu latar belakang ke latar belakang lainnya, dari satu periode waktu ke periode waktu lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh karakteristik komunikasi itu sendiri yang bergerak dinamis.
Sehubungan dengan pentingnya pemikiran tentang komunikasi sebagai sebuah bidang ilmu, Craig pernah berujar :

“Komunikasi bukanlah fenomena kedua (sampingan) yang dapat dijelaskan oleh ilmu-ilmu yang lebih dulu populer dan diakui seperti faktor psikologi, sosiologi, budaya, dan ekonomi. Tetapi, komunikasi sendiri sebenarnya adalah primer (utama) yang merupakan proses sosial yang menjelaskan faktor-faktor yang lain tersebut”.

Craig menyarankan bahwa kita harus memindahkan prinsip yang sama ke tingkatan yang lain. Teori adalah bentuk khusus dari komunikasi. Sehingga teori membentuk pengalaman komunikasi. Teori berkomunikasi tentang komunikasi. Hal inilah yang dimaksud sebagai metadiscourse oleh Craig. Teori yang berbeda adalah cara berkomunikasi yang berbeda pula, dengan kata lain masing-masing bentuk memiliki batasan dan kuasa sendiri-sendiri. Untuk kepentingan pengamatan di dalam satu bidang, kita harus mengenal kekuatan konstitutif dari teori yang ada dan mencoba menemukan satu cara mufakat dalam memahami untuk apa ada teori yang berbeda-beda dan bagaimana perbedaannya.

Craig menuliskan bahwa seluruh teori komunikasi yang ada benar-benar praktis karena setiap teori adalah respon terhadap beberapa aspek komunikasi yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Setiap teori berusaha mempraktekkan bentuk-bentuk komunikasi yang ada. Jadi, dialog di dalam bidang itu, dapat difokuskan pada apa dan bagaimana teori-teori yang bervariasi itu menunjuk kepada dunia sosial dimana manusia hidup. Craig mendeskripsikan 7 hal pokok yang kemudian dianggap sebagai tujuh tradisi dalam teori komunikasi, yaitu : 1.) Retorika, 2.) Semiotis, 3.) fenomenologi, 4.) sibernetis, 5.) Psikologi sosialis, 6.) Sosiokultur, dan 7.) Kritis.


Tradisi Retorika (the rhetorical tradition)
Dalam tadisi ini teori memandang komunikasi sebagai sebuah seni praktis. Para komunikator sebagaimana pembicara, produser media, dan juga sebagai penulis merasakan permasalahan dan tantangan yang membutuhkan kesepakatan untuk berhati-hati dalam membuat pesan. Lalu, sang komunikator membuat sebuah strategi yang sering menggunakan pendekatan-pendekatan umum untuk merangsang audiens. Daya tarik logis dan emosional menjadi ciri khusus teori-teori retorika. Tradisi ini memandang bahwa aktivitas seorang komunikator diatur oleh seni dan metode. Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa kita itu sangat kuat dan berkuasa. Karena itulah, informasi memang penting dalam pembuatan keputusan sehingga komunikasi dapat dievaluasi dan diperbaiki.

Tradisi Semiotika (the semiotic tradition)
Tradisi ini memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol. Komunikasi dipandang sebagai sebuah jembatan utama kata-kata yang bersifat pribadi. Tanda-tanda atau simbol-simbol yang ada mendatangkan sesuatu yang mungkin dan tidak mungkin dibagi. Tradisi ini memang cocok untuk memecahakan masalah,.kesalahpahaman, dan respon-respon subyektif. Tradfisi ini juga banyak memperdebatkan hal-hal dalam bahasa yang meliputitanda, simbol, makna, referensi, kode, dan pemahaman.Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa umum dan identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk memahami. Selain itu, juga kesepakatan yang multi makna dari simbol-simbol teori semiotika sering berseberangan dengan teori-teori yang menyarankan bahwa kata-kata tersebut memiliki makna benar, tanda-tanda yang menunjukkan obyek yang ada dan akhirnya dikatakan bahwa bahasa itu netral!

Tradisi fenomenologi (the phenomenological tradition)
Tradisi fenomenologi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi dipandang sebagai saling berbagi pengalaman antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dan hal ini pula yang kemudian diadobsi secara teoritis untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terkikisnya hubungan yang sudah kuat. Dalam tradisi ini anda akan menemui wacana yang meliputi hal-hal sebagai berikut : pengalaman, diri sendiri, dialog, asli, sportifitas, dan keterbukaan. Tradisi ini menjadi daya tarik tersendiri sebagai suatu pendekatan teoritis saat tradisi ini membutuhkan kontak manusia, penghormatan, pengenalan perbedaan, dan dasar umum. Tradisi ini menentang wacana yang menyatakan bahwa komunikasi adalah semata-mata keahlian yang memisahkan kata-kata dari hal-hal yang ada atau yang memisahkan nilai-nilai dari fakta-fakta yang ada !

Tradisi Sibernetika (the cybernetic tradition)
Dalam tradisi ini komunikasi dipandang sebagai pemrosesan informasi dan masalah yang banyak ditujukan padanya kebanyakan berhubungan dengan keramaian, kelebihan beban, dan malfungsi. Tradisi ini menjunjung kosa kata yang digunakan oleh pengirim atau penerima pesan, informasi, umpan balik, pleonasme, dan sistem-sistem. Tradisi ini juga nampak paling masuk akal ketika muncul isu tentang otak dan pikiran, rasionalitas, dan sistem-sistem kompleks. Pada umumnya, tradisi ini menentang argumen yang mengatakan bahwa ada perbedaan antara mesin dengan manusia atau juga yang mendudukkan hubungan sebab akibat yang bersifat linier.

Tradisi Sosiopsikologi (the sociopsychological tradition)
Teori-teori ini berkonsentrasi pada aspek aspek komunikasi yang meliputi ekspresi, interaksi, dan pengaruh. Hal-hal yang menjadi tantangan dan masalah pada tradisi ini adalah bahwa hasil harus dimanipulasi. Wacana dalam tradisi ini menekankan pada perilaku, variabel pengaruh, kepribadian dan tingkah laku, persepsi, kognisi, tindak tanduk, dan interaksi. Tradisi benar-benar tradisi yang kuat terutama pada saat kepribadian menjadi begitu penting, penilaian dibiaskan oleh kepercayaan dan perasaan, dan orang menjadi punya pengaruh atas orang lain. Tradisi ini jelas-jelas keras bertentangan dengan klaim bahwa manusia itu rasional dan tiap-tiap individu itu tahu tentang apa yang mereka pikirkan dan bahwa persepsi adalah jalur yang jelas untuk melihat apa yang sesungguhnya.

Tradisi Sosiokultural (the sociocultural tradition)
Model ini menjadikan tatanan sosial sebagai pusatnya dan memandang komunikasi sebagai perekat masyarakat. Tantangan dan permasalahan yang dituju meliputi konflik, perebutan, dan kesalahan mengartikan. Dalam rangka berargumentasi, para ilmuan dalam tradisi ini akan menggunakan bahasa yang mencirikan unsur-unsur seperti masyarakat, struktur, ritual, peraturan dan budaya. Tradisi ini juga sependapat dengan pemisahan interaksi manusia dari struktur sosial.

Tradisi kritis (the critical tradition)
Kelompok teori-teori dalam tradisi ini cenderung komunikasi sebagai suatu tatanan sosial yang menyangkut kekuasaan dan penindasan. Teori-teori kritis menanggapi permasalahan tentang ideologi, kekuasaan, dan dominasi. Wacana kritis meliputi hal-hal sebagai berikut : ideologi, dialektika, penindasan, kebangkitan kesadaran, resistansi, dan emansipasi. Tradisi ini mendorong pendekatan kepada teori yang meliputi mengekalkan kekuasaan diri sendiri, nilai kebebasan antara kemerdekaan dan persamaan, dan pentingnya diskusi yang telah diberitahukan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar